Sabtu, 05 Mei 2018

Jadi Cinta

Mendeteksi bergesernya perasaan dalam dada terhadap orang yang telah bersamaku sekian lama. Dia yang selama ini aku sebut sebagai sahabat perlahan berubah posisinya. Ada rasa hangat setiap memandang matanya, ada rindu yang tak tertahankan setiap aku harus berpisah lama dengannya.

Sering aku bertanya-tanya, setengah memaki: “Kenapa aku harus jatuh hati pada sahabat sendiri? Seakan tak ada orang lain lagi di dunia ini.”
Tapi cinta memang tak bisa diminta datang dan pergi sesuka hati. Bagaimanapun aku bersyukur karena hatiku berlabuh kepada dia yang segala tabiatnya telah aku pahami. Di sisi lain ada setitik takut di hatiku karena aku tak ingin persahabatan ini pecah, hancur berserak, dan mati

Memilih memendam perasaan lebih aku junjung tinggi karena aku ingin menjaga keutuhan persahabatan supaya tetap abadi. Aku tidak ingin jalinan perkawanan dan persahabatan yang telah berjalan sekian lama rusak begitu saja dengan perasaan indah bernama cinta yang aku alami. Diam dan mengamatinya dari dekat merupakan sebuah anugerah yang seharusnya aku syukuri tanpa perlu menuntut lebih dari ini.

Sesekali aku berandai-andai apa rasanya jika hubungan kita naik tingkat dari sahabat jadi kekasih yang selalu lekat. Akan bahagiakah? Penuh konflikkah? Sejalankah dengan impianku yang sudah terpatri di kepala selama ini?

Entah sampai kapan perasaan ini harus disimpan. Toh bagiku berada di dekatnya sudah merupakan sebuah kemewahan. Lalu, apalagi yang pantas dikeluhkan?

Hampir setiap hari bertemu dan berada dengan jarak yang berdekatan sudah menjawab doa malam yang selalu kupanjatkan. Menjadi penjaga dan penghiburnya disaat dia memerlukan sudah membuatku puas dan senang. Biarlah dia menjadi kisah indah untukku yang bisa kunikmati dalam diam.

Bahkan, hingga detik ini aku masih merenung dan meresapi, apa memang pria dan wanita tidak bisa bersahabat dekat saja sampai mati? Apa memang selalu ada rasa kagum bahkan cinta yang terselip rapi di tengah jalin persahabatan beda jenis kelamin ini? Ataukah Tuhan sengaja menciptakan rasa cinta yang pelik ini dan menempatkannya diantara aku dan dia supaya semakin terasa nikmat sekaligus nyeri? Ataukah ini salah satu cara-Nya supaya aku mau meluangkan waktu berdoa tiap malam tanpa harus disuruh lagi?

Ini bahkan sangat aneh menurutku, kenapa aneh? karna dari sekian banyak lelaki diluar sana, kenapa harus dia yang menjadi kebanggaanku, tersayangku, bahkan dia telah menjadi yang terbaik dalam hidupku. Jujur aku bangga padanya, aku sayang dan aku suka padanya. Tapi apakah rasa ini akan bertahan lama disini, iya disini letaknya dihati.

Apakah salah jika rasa ini ada? menurutku itu hal yang wajar karna cinta datang tanpa mengenal waktu, bukan begitu? dan satu hal yang aku pegang erat, jangan mencari sebabnya!
Dalam cinta, tidak ada alasan, tidak ada penjelasan, dan tidak ada solusi.
Ketika seseorang jatuh cinta, dia tidak memiliki alasan mengapa dia jatuh cinta. Satu yang dia tahu hanyalah sebuah rasa cinta yang tulus kepada seseorang yang dikasihinya. yaash aku percaya itu.

Dan kelemahanku memang tak begitu pandai menyembunyikan sesuatu, yah tentang rasa misalnya-_-
Dan ini ekspresiku saat dihadapkan dengan yang bersangkutan *eh

Dan itu bukan setajam silet, tapi setajam mata saya😉

Tidak ada komentar:

Posting Komentar